PENGEMBANGAN KARAKTER
Pengembangan karakter yaitu suatu komponen karakter yang mengandung nilai perilaku dan
dilakukan secara bertahap yang saling berhubungan antara pengetahuan
nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya. Pengembangan karakter ini biasanya dilakukan di instansi - instansi yang berhubungan dengan sistem pendidikan. Misalnya pengembangan karakter di sekolah SMA, agar SMA tersebut melahirkan siswa-siswi yang baik, juga membuat siswa-siswi tersebut memiliki komitmen untuk melakukan berbgai hal yang terbaik dilingkup sekolah tersebut dan melakukan segalanya dengan benar dan akan memiliki tujuan dalam hidupnya.
Karakter juga dapat dikembangkan melalui tahap pengetahuan, pelaksanaan dan kebiasaan. Tetapi karakter juga harus menjangkau emosi dan kebiasaan diri.Sehingga membentuk tiga komponen karakter yang baik dengan pengetahuan tentang emosi, penguatan emosi tentang moral dan perbuatan tentang tindakan moral.pengetahuan tentang moral dapat menjadikan seseorang membangun nilai-nilai moral, logika moral dan keberanian diri seseorang dalam mengambil sikap hingga meningkatkan kepercayaan diri. Penguatan tentang moral ini menuntuk untuk menguatkan emosi sehingga menjadi seseorang yang berkarakter, misalnya seseorang itu mampu untuk bisa lebih sadar dan peka terhadap derita orang lain, juga mampu mengontrol diri sehingga tidak mudah marah dan bisa meningkatkan kepercayaan dan akan kesadaran jati diri. Pengetahuan tentang tindakan moral merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya yaitu mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik maka harus dilihat dari aspek kompetensi, keinginan dan kebiasaan.
Pengembangan karakter seseorang sangat ditentukan oleh bagaimana suatu keluarga mengasuh anaknya sejak dini. maka dari itu, peran keluarga sangatlah penting dalam pembangunan karakter seseorang. Dalam hal ini seorang ibu sangat berperan penting untuk bisa mengembangkan karakternya. Dan keluarga yang harmonis dimana adanya saling interaksi yang berjalan lancar antara seorang ibu dan ayah dengan kasih sayang kepada anaknya, maka akan memeberikan lingkungan yang kondusif bagi pembentukan anak.
Menurut Erikson, kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak (Erikson, Identity: Youth and Crisis, 1968).
Karakter juga dapat dikembangkan melalui tahap pengetahuan, pelaksanaan dan kebiasaan. Tetapi karakter juga harus menjangkau emosi dan kebiasaan diri.Sehingga membentuk tiga komponen karakter yang baik dengan pengetahuan tentang emosi, penguatan emosi tentang moral dan perbuatan tentang tindakan moral.pengetahuan tentang moral dapat menjadikan seseorang membangun nilai-nilai moral, logika moral dan keberanian diri seseorang dalam mengambil sikap hingga meningkatkan kepercayaan diri. Penguatan tentang moral ini menuntuk untuk menguatkan emosi sehingga menjadi seseorang yang berkarakter, misalnya seseorang itu mampu untuk bisa lebih sadar dan peka terhadap derita orang lain, juga mampu mengontrol diri sehingga tidak mudah marah dan bisa meningkatkan kepercayaan dan akan kesadaran jati diri. Pengetahuan tentang tindakan moral merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya yaitu mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik maka harus dilihat dari aspek kompetensi, keinginan dan kebiasaan.
Pengembangan karakter seseorang sangat ditentukan oleh bagaimana suatu keluarga mengasuh anaknya sejak dini. maka dari itu, peran keluarga sangatlah penting dalam pembangunan karakter seseorang. Dalam hal ini seorang ibu sangat berperan penting untuk bisa mengembangkan karakternya. Dan keluarga yang harmonis dimana adanya saling interaksi yang berjalan lancar antara seorang ibu dan ayah dengan kasih sayang kepada anaknya, maka akan memeberikan lingkungan yang kondusif bagi pembentukan anak.
Menurut Erikson, kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak (Erikson, Identity: Youth and Crisis, 1968).
- Kereligiusan. Pikiran, perkataan, dan
tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai
Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
- Kejujuran. Perilaku yang didasarkan pada
upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
- Kecerdasan. Kemampuan seseorang dalam
melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan cepat.
- Tanggung jawab. Sikap dan perilaku seseorang
untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
budaya), negara dan Tuhan YME.
- Kebersihan dan kesehatan. Segala upaya untuk menerapkan
kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang bersih dan sehat dan
menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
- Kedisiplinan. Tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
- Tolong-menolong. Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya menolong orang.
- Berpikir logis, kritis, kreatif,
dan inovatif. Berpikir
dan melakukan sesuatu berdasarkan kenyataan dan/atau nalar untuk
menghasilkan cara dan/atau produk baru atau termutakhir.
- Kesantunan. Sifat yang halus dan baik dari
sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
- Ketangguhan. Sikap dan perilaku pantang
menyerah atau tidak pernah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan
dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan
tersebut dalam mencapai tujuan.
- Kedemokratisan. Cara berfikir, bersikap, dan
bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
- Kemandirian. Sikap dan perilaku yang tidak
mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
- Keberanian mengambil risiko. Kesiapan menerima risiko/akibat
yang mungkin timbul dari tindakan nyata.
- Berorientasi pada tindakan. Kemampuan untuk mewujudkan
gagasan menjadi tindakan nyata.
- Berjiwa kepemimpinan. Kemampuan mengarahkan dan
mengajak individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dengan berpegang
pada asas-asas kepemimpinan berbasis budaya bangsa.
- Kerja keras. Perilaku yang menunjukkan
upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan
tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
- Percaya diri. Sikap yakin akan kemampuan diri
sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
- Keingintahuan. Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
- Cinta ilmu. Cara berpikir, bersikap dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang
tinggi terhadap pengetahuan.
- Kesadaran akan hak dan
kewajiban diri dan orang lain.
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri
sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang
lain.
- Kepatuhan terhadap
aturan-aturan sosial. Sikap
menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan
kepentingan umum.
- Menghargai karya dan prestasi
orang lain.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang
lain.
- Kepedulian terhadap lingkungan. Sikap dan tindakan yang
selalu berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan
(manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya.
- Nasionalisme. Cara berfikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsanya.
- Menghargai keberagaman. Sikap memberikan
respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik,
sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
Referensi :
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2020/12/06/pengembangan-karakter/
http://edyhr.guru-indonesia.net/artikel detail-19556.html
0 komentar:
Posting Komentar