Mata Buta Bukanlah Sebuah Rintangan
Disamping trotoar terdengar suara kecil
hentakan tongkat yang dipukul – pukul ke sisi jalan. Suara itu semakin keras
terdengar, akhrinya aku menengok kearah suara yang semakin dekat dan keras itu.
Tatapanku langsung tertuju kearah itu dan aku terdiam sejenak, melihat seorang
pedagang makanan anak – anak yang berjalan pelan – pelan di sisi jalan raya
dengan mata yang menengadah keatas dan tongkat yang digenggamnya itu menjadi
petunjuk saat dia sedang berjalan. Seraya
memikul barang dagangannya, dia terus berjalan sampai nanti dia berhenti ketika
ada orang yang akan membelinya. Akupun tiba – tiba menghentikan pedagang itu,
dengan menepuk bahunya tapi pedagang itu malah terus jalan menyusuri sisi jalan
raya, dan akupun menepuk pundaknya lagi sambil mengatakan “Mas, mau beli”.
Akhirnya pedagang itu berhenti dan menyimpan barang dagangannya. Saat mau
menyimpan barang dagangannya pedagang
itu sangatn kesulitan dan akhirnya aku bantu untuk menurunkannya. Dan dia
mengucapkan “terimakasih, minta maaf saya tidak bisa melihat. Mau beli berapa
agar – agarnnya?”. Lalu aku jawab pertanyaanya “Saya mau beli 5 agar aja mas”.
Lalu dia menyajikan agar – agarnya, sambil dia meraba – raba untuk mengambil
agar – agarnya lalu agar tersebut dia kasih taburan meses dan susu kental
kaleng. Karena susu kaleng ini ada dua lubangnya dan pada kecil – kecil, pedagang
itu berkali – kali meraba untuk meneukan lubang kecilnya lalu setelah ketemu
dia menuangkan susu itu, tapi saat menuangkannya tidak begitu pas, malah ada
yang sedikit kesamping agar – agarnya, saking dia tidak bisa melihatv dan
sangat susah untuk menuangkan susu tersebut biar pas. Dan akupun langsung bantu
bapak pedagang itu biar tidak meleber kemana - manasusu kalengnya. Tak tahan
ingin sekali untuk mengeluarkan air mata tetapi saya coba untuk menahannya,
kasihan meski memiliki keterbatasan fisik tetapi beliau tetap tegar dan
berusaha semampu dia untuk bekerja dan menjadi tulang punggung keluarganya. Dan
tidak bisa dipungkiri bahwa pekerjaan beliau ini sangat berisiko bagi beliau,
dengan tidak bisa melihat beliau berjualana berkeliling seraya menyusuri sisi
jalan raya. Disis lain saya sangat bangga sekali, derajat beliau masih tinggi
karena beliau tidak minta – minta, tapi bekerja selayak normal orang lain. Setelah
selesai menyajikannya, lalu saya bayar beliau dengan uang pas. Dan aku masih
tidak tega melihatnya, membayangkan apabila aku ada diposisi beliau, bgaimana
rasanya. Ingin sekali dan seharusnya
kungkin aku tadi memberi uang lebih saja, toh mungkin beliau juga tidak akan
tau dan menerimanya saja. Ah aku sangat menyesal.
Setelah aku bayar, dengan memikul dan
tidak bisa melihat beliau melanjutkan bejualannya kesamping – samping jalan
raya. Ada keinginan hati untuk bisa mengikutinya dan bisa kenal lebih jauh
tentang beliau dan bisa membantu dalam hal financial maupun dalam pekerjaanya.
Tapi mungkin waktunya belum pas, karena kemarin juga sore melihatnya dan aku
menuju arah pulang.
0 komentar:
Posting Komentar