Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada
dasarnya, hak cipta merupakan “hak untuk menyalin suatu ciptaan”. Hak cipta
dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak
sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku
tertentu yang terbatas.
Hak paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada
Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.
Berikut adalah contoh hak cipta dari
karya seni yang telah dipatenkan dunia yaitu Angklung. Angklung adalah alat
musik tradisional Indonesia yang berasal dar Tanah Sunda, terbuat dari bambu,
yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan
pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3,
sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat
musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan
pelog.
Asal-usul Angklung
Dalam rumpun kesenian yang menggunakan alat musik dari bambu dikenal jenis
kesenian yang disebut angklung. Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai
alat musik tersebut adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen
(bambu berwarna putih). Purwa rupa alat musik angklung; tiap nada (laras) dihasilkan
dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk wilahan (batangan) setiap ruas bambu
dari ukuran kecil hingga besar.
Angklung merupakan alat musik yang berasal dari Jawa Barat.
Angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih
dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung
diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke Bumi agar tanaman padi
rakyat tumbuh subur.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai
penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat
rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah
Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu
sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak-
anak pada waktu itu.
Tanggal Dipatenkannya
Alat Kesenian Angklung
Proposal pendaftaran angklung sebagai nominasi warisan budaya tak benda (intangible heritage) asli Indonesia,
diajukan ke UNESCO bulan Agustus 2009, oleh belasan komunitas angklung yang
tersebar mulai dari Bandung, Cirebon, Bali, hingga luar Jawa. Kantor
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Pendidikan,
dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata ikut memfasilitasi penyusunan
proposal itu.
Pengakuan UNESCO terhadap angklung tersebut memperjelas kehadiran angklung
Indonesia di mata dunia. Di samping itu, kini bertambah satu lagi sumbangan
kekayaan Indonesia pada kebudayaan dunia setelah wayang, keris, dan batik
mendapat pengakuan yang sama dari lembaga yang sama pula.
Sumber:
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Anatomi_angklung.jpg&filetimestamp=20130519010119&